Ecky Awal Muharram |
Berdasarkan pemantauan #infoCJR beberapa nama telah melakukan berbagai gebrakan dan sosialisasi untuk 'menggelitik' hati rakyat supaya tertarik pada visi, misi dan program sang bakal calon. Sebut saja ada nama Direktur PDAM, H. Herman Suherman, Anggota DPR-RI Fraksi PKS , Ecky Awal Muharam, Wabup Cianjur saat ini, dr. H. Suranto , Ketua DPD Partai Golkar H. Ade Barkah Surachman , Politisi senior PPP KH. Khumaidi Dimyati dan H. Deden Zaini Dachlan sampai seniman Adam Jabbar yang dicalonkan para pemusik jalanan dan aktivis lingkungan.
Nama lain yang menjadi perhatian publik Cianjur lainnya antara lain Anggota DPR-RI PDI Perjuangan, Diah Pitaloka. Juga disebut-sebut nama Shelly Andriani Gantina, Bendahara DPD PDIP Jabar dan Dr. Rudy Yakub Ketua DPC Partai Nasdem. Bahkan nama Ketua DPC PDIP, Romo Budiyono, juga kini ramai dibicarakan, minimal dalam gelar warung kopi para politikus, wartawan dan aktivis Cianjur.
Di media sosial banyak juga dukungan berseliweran untuk Ketua DPC PKB Cianjur, Lepi Ali Firmansyah. Hedi Permadi Boy anggota DPRD Provinsi Jabar dari Partai Demokrat serta Muhammad Toha dari Partai Bulan Bintang disebut akan mencoba peruntungan untuk menjadi orang paling 'hebat' di Cianjur.
Ada pula nama artis Melly Manuhutu dari Nasdem, Inggrid Kansil dari Demokrat yang juga isteri mantan Menteri Koperasi UMKM Syarief Hasan, Puput Novel yang disebut-sebut dari Golkar, Tenno Ali dari Gerindra dan masih banyak lagi.
Namun diantara para bakal calon yang ada, yang kini gencar sosialisasi baru Haji Herman Suherman pejabat Cianjur yang karier jabatannya cukup moncer. Ia digadang-gadang secara terbuka oleh Bupati Cianjur, Drs. H. Tjetjep Moch Soleh (TMS) dan pasukan baladnya termasuk Karangtaruna, Forum RT/RW dan PGRI. Bupati Cianjur yang juga Ketua DPC Partai Demokrat nampaknya akan memberikan restu hanya kepada Haji Herman - bergitu berliau dikenal oleh awak media - untuk menjadi penerus 'Dinasti' TMS.
Pejabat teras pemkab Cianjur seperti Sekda Oting Zaenal Mutaqin, Kadis Binamarga Athe Adha Kusdinan yang juga berambisi rupanya harus pikir-pikir sebab Bupati sudah jatuh hati pada Direktur PDAM. Begitupun dengan dr. Suranto yang kini Wakil Bupati dampingi TMS harus mencangkul sendiri suara birokrat karena sudah lama ibarat api dalam sekam berseberangan dengan sang bupati.
Haji Herman memang ibarat meteor, tiba-tiba namanya moncorong setelah secara terbuka mendeklarasikan diri akan mencalonkan diri menjadi Bupati Cianjur 2015-2020. Arus dukunganpun terus bergulir setelah secara terbuka pula Bupati Cianjur dan isteri kemana-mana dalam setiap acara mempromosikan Haji Herman. Tak terkecuali putra mahkota keluarga TMS, Kang Irvan Rivano Mochtar (IRM), kini anggota DPRD Jabar Fraksi Demokrat. Dengan seluruh kekuatannya IRM menjadi penyuport habis Haji Herman.
Sebagai catatan, IRM politikus muda berbakat dengan suara terbanyak se-Jabar ini tadinya akan diusung untuk menjadi orang nomor 1 dari Partai Demokrat, tapi entah kenapa urung sebelum berkembang dan menyerahkan 'kujang pusaka' nya ke Haji Herman. Mungkin IRM yang dikenal sangat piawai memainkan mesin birokrat ini punya target dan ambisi politik lain yang lebih besar seperti perhelatan pilkada Gubernur beberapa tahun mendatang.
Lalu kemana rakyat Cianjur nanti harus memilih? Bakal Calon yang cukup banyak dan mungkin nanti bertambah lagi sebenarnya akan membuat warga memiliki banyak alternatif pilihan sesuai harapannya. Meskipun politik di Indonesia begitupun di Cianjur masih belum seperti di Amerika sana. Pencitraan calon yang dikemas sempurna oleh media didukung birokrasi dan uang biasanya yang selalu memenangkan demokrasi. Kepemimpinan di tanah air belum menyentuh hal-hal yang substansial dari kehendak rakyat yang sesungguhnya untuk sebuah perubahan.
Bakal calon atau calon yang tidak 'berehan,' yang hanya mengandalkan visi dan misi sudah dijumpai dimana-mana gagal total alias kalah, sehebat dan sebersih apapun calon itu. Politik menebar uang di tengah rakyat yang 'lapar' memang efektif ketimbang bercuap-cuap, bercerita soal visi dan misi yang melangit hanya enak didengar dalam diskusi di kampus-kampus dan pergaulan para aktivis.
Kondisi semacam itu salah satunya yang hampir membuat gagal Jokowi-Kalla pada pilpres lalu. Beruntung orang baik dan rasional dalam pilpres terbelah dalam dua arus kekuatan. Alternatifnya pada saat itu hanya dua pilihan hitam atau putih. Rakyat atau dinasti. Baru atau lama. Dan ternyata yang baru akhirnya yang menang.
Kekuatan partai dan mesin politiknya yang luar biasa garang ternyata harus tunduk pada kekuatan rakyat yang sesungguhnya. Mesin birokrasi harus kalangkabut pada akhirnya karena alternatif pilihan rakyat hanya pada dua arus besar pilihan. Koalisi Merah Putih atau Koalisi Indonesia Hebat. Dan ternyata merah putih harus dikibarkan oleh Indonesia Hebat.
Berkaca ke politik nasional seperti itu, bisakah hanya ada dua alternatif pilihan dalam Pilkada Cianjur 2015 pada akhirnya. Jika itu yang terjadi sekali lagi rakyat hanya akan terkonsentrasi pada dua pilihan baik. Hitam atau Putih. Lama atau Baru. Dinasti atau Bukan Dinasti. Pajajaran atau Majapahit.
Hanya jika dari jauh-jauh hari kita harus meramal, dengan calon banyak maka yang bakal menang adalah mereka yang bisa memainkan birokrasi, menggunakan APBD untuk perjuangan politiknya dan memberikan sekedar uang receh untuk rakyat agar bisa pergi ke TPS. Sebab orang baik akan enggan memilih dan datang ke TPS karena sudah pasti dikalahkan.
Sebab apa daya bagi kita sebagai rakyat, regulasi kita soal pilkada (baca : politik) hanya bergantung pada nyali dan keberpihakan politikus, sebusuk dan seburuk apapun politikus itu. Namun ditengah kegelapan yang ada tak boleh kita kehilangan harapan, mudah-mudahan masih ada orang baik di sana. Tugas kita terus mengingatkan agar para politikus itu tidak hanya pintar bicara kekuasaan dan metode perebutannya, tetapi juga soal harga diri dan cita-cita sejahtera sebuah negara merdeka bagi setiap rakyat. Pemimpin lalim hanya akan membuat rakyat sengsara sekalipun dia terpilih dengan cara-cara demokratis. ***